KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan izin dan
kuasanyalah kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Adapun maksud dan
tujuan makalah ini, sebagai tugas Mata Kuliah bahasa indonesia Di Universitas
Negeri Gorontalo. Ucapan terima kasih, kepada Bapak/ dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan serta pengarahan dalam hal struktur maupun
penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik.
Dalam
penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang maupun rintangan yang kami
temui, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak. Maka segala rintangan
tersebut dapat teratasi. Namun dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun masih
sangat diharapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Adapun
masalah yang saya angkat dalam makalah ini adalah mengenai, dengan mengangkat
judul “keterampilan berbahasa”
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan
mudah-mudahan Allah SWT memberikan rahmat dan karunianya pada kita umat
manusia.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Keterampilan berbahasa Indonesia mencakup: Keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan
membaca. Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa
keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari Mari
perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan
dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua
arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim
pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan
tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio. Komunikasi dua
arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan saling menanggapi isi
pesan. Komunikasi multi arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan
yang jumlahnya lebih dari dua orang saling menanggapi isi pesan (Abd. Gofur, 1:
2009).
Dalam kegiatan komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim
pesan yang diformulasikan dalam lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan.
Proses ini disebut dengan encoding. Selanjutnya si penerima pesan aktif
menerjemahkan lambang-lambang tersebut menjadi bermakna sehingga pesan tersebut
dapat diterima secara utuh. Proses ini disdebut dengan decoding.
1.2.Rumusan masalah
1. Apa saja
jenis-jenis dari keterampilan berbahasa ?
2. Apa saja
situasi-situasi dalam keterampilan berbicara ?
3. Apa yang
dimaksud dengan keterampilan membaca ?
4. Apa yang
dimaksud dengan keterampilan menulis ?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui
jenis-jenis keterampilan berbahasa.
2. Mengetahui
situasi-situasi dalam keterampilan berbicara.
3. Mengetahui
pengertian dari keterampilan membaca.
4. Mengetahui
pengertian dari keterampilan menulis.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Keterampilan Berbahasa
Menurut
Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas,
mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian luas, jelas bahwa setiap cara
yang digunakan untuk mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan (Suparno, 2001:27).
1) Jenis-jenis keterampilan berbahasa
Sehubungan
dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu
mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
a. Ketermpilan
menyimak
Menyimak
adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan
demikian berarti bukan sekedar
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa
pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses
yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya
proses pemerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat
disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar
memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua.
Ada dua
jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif
dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif
terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis
dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantian melakukan
aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara
mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak
lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu
mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara
seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat
meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Berikut
ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya
untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
·
Menyimpan/mengingat
unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short term
memory).
·
Berupaya
membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target.
·
Menyadari
adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi, menyadari
adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
·
Membedakan
dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.
·
Mengenal
bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns)
a. Ketermpilan berbicara
Kemudian
sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis
situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif.
Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan
berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara
dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan
atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan
bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam
berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang
tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat
melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa
situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato
melalui radio atau televisi.
Berikut
ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana
permbicara harus dapat;
·
Mengucapkan
bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.
·
Menggunakan
tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat
memahami apa yang diucapkan pembicara.
·
Menggunakan
bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
·
Menggunakan
register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk
sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
·
Berupaya
agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.
b. Keterampilan membaca
Membaca
adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat
dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan
berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah
berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintergrasi
dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan-keterampilan mikro
yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah:
·
Mengenal
sistem tulisan yang digunakan.
·
Mengenal
kosakata.
·
Menentukan
kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan gagasan utama.
·
Menentukan
makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis.
·
Mengenal
kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.
c. Keterampilan menulis
Menulis
adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat
dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis
keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin
kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan
pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro
yang diperlukan dalam menulis:
·
Menggunakan
ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.
·
Memilih
kata yang tepat.
·
Menggunakan
bentuk kata dengan benar.
·
Mengurutkan
kata-kata dengan benar.
·
Menggunakan
struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.
Keterampilan
menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis
sehingga tenaga potensial dalam menulis. Keterampilan menulis untuk saat
sekarang telah menjadi rebutan dan setiap orang berusaha untuk dapat berperan
dalam dunia menulis. Banyak orang berusaha meningkatkan keterampilan menulisnya
dengan harapan dapat menjadi penulis handal.
Seperti
diketahui, menulis itu adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih
sedemikia rupa meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan,
pengetian keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang biasa sehingga
banyak yang tidak memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini banyak
dibuktikan dari kenyataan banyak yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan
karena bakat.keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat
dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara itens,
khusus dalam bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara
itens, maka seseorang dapat terampil menulis.
2. Aspek-aspek keterampilan berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa,
terdapat empat keterampilan dasar berbahasa yaitu, menyimak, berbicara,
menulis, dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara yang
satu dengan yang lain :
a. Hubungan Menyimak dengan Berbicara.
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua
arah yang langsung. Menyimak bersifat reseptif, sedangkan berbicara bersifat
produktif. Misalnya, komunikasi yang terjadi antar teman, antara pembeli dan
penjual atau dalam suatu diskusi di kelas. Dalam hal ini A berbicara dan B
mendengarkan. Setelah itu giliran B yang berbicara dan A mendengarkan. Namun
ada pula dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi
noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya
mendengarkan.
]sedangkan yang lainnya hanya mendengarkan. Terkait dengan
kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memodifikasi aktivitas
pembelajaran agar siswa mampu untuk melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu
arah, dua arah, maupun multi arah. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah dengan
metode diskusi kelompok, Tanya jawab, dan sebagainya.
b. Hubungan Menyimak dan Membaca.
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa
ragm lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.
Penyimak maupun pembaca malakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap
unsure-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan
(membaca) yang selanjutnya diikuti diikuti dengan proses decoding guna
memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasi. Keterampilan menyimak
merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari
proses pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan
berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhirnya
memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu
proses berikut; mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi atau
menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak.
Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk;
mendapatkan fakta, manganalisa fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi,
menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara. Menyimak memiliki
jenis-jenis sebagai berikut:
1) Menyimak kreatif: menyimak yang
bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar.
2) Menyimak kritis: menyimak yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif.
3) Menyimak ekstrinsik: menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal yang tidak umum dan lebih bebas.
4) Menyimak selektif: menyimak yang
dilakukan secara sungguh-sungguh, dan memilih untuk mencari yang terbaik.
5) Menyimak sosial: menyimak yang
dilakukan dalam situasi-situasi sosial.
6) Menyimak estetik: menyimak yang
apresiatif, menikmati keindahan cerita, puisi, dll.
7) Menyimak konsentratif: menyimak yang
merupakan sejenis telaah atau menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk.
c. Hubungan Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.
Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca
adalah kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan,
perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca
mencoba memahami gagsan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk
tulisan tersebut. Membaca adalah suatu proses kegiatan yang ditempuh oleh
pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu (Burns, 1985).
Proses tersebut berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Kegiatan
dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana, serta
menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya (Anderson, 1986). Lebih dari itu,
pembaca menghubungkannya dengan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalamannya
(Ulit, 1995). Sejalan dengan hal tersebut, Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa
membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan
lambing-lambang grafis dan perubahannya menjadi bicara bermakna dalam bentuk
pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Kegiatan membaca dapat
bersuara nyaring dan dapat pula tidak bersuara (dalam hati). Menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafis yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambing-lambang grafis tersebut (Bryne, 1983). Lebih lanjut Bryne menyatakan
bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis symbol-simbol grafis
sehingga berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan
tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa
tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas
sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan karang-mengarang, pengarang
menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi hati dan buah pikirannya secara
menarik kepada pembaca. Oleh karena itu, di samping harus menguasai topik dan
permasalahannya yang akan ditulis, penulis dituntut menguasai komponen :
a. Grafologi
b. Struktur
c. Kosakata
d. kelancaran.
Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri atas
beberapa tahap. Mckey mengemukakan tujuh tahap yaitu :
a. pemilihan dan pembatasan masalah.
b. pengumpulan bahan.
c. penyusunan bahan.
d. pembuatan kerangka karangan.
e. penulisan naskah awal.
f. Revisi.
g. penulisan naskah akhir.
Secara padat, proses penulisan
terdiri atas lima tahap yaitu;
1. Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang
penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide/gagasan, menentukan
judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat
kerangka dan mengumpulkan bahan-bahan. Ide tulisan dapat bersumber dari
pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan imajinasi. Oleh karena itu, pada tahap
pramenulis diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa
idea tau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas,
misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Penentuan tujuan menulis erat kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan. Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan, meyakinkan, dan membujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan persuasi. Karangan yang bertujuan melukiskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan deskripsi. Di samping seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk mengkomunikasikan gagasannya.
Penentuan tujuan menulis erat kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan. Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan, meyakinkan, dan membujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan persuasi. Karangan yang bertujuan melukiskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan deskripsi. Di samping seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk mengkomunikasikan gagasannya.
2. Menulis.
Tahap menulis dimulai dari menjabarkan ide-ide ke dalam
bentuk tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk satu karangan yang utuh. Pada
tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan.
Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa,
dan pembentukan kalimat. Sedangkan teknik penulisan diterapkan dalam penyusunan
paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh
3. Merevisi
Pada tahap merivisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan
paragraf dalam tulisan. Koreksi harus dilakukan terhadap berbagai aspek,
misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan
ide pokok dan ide penjelas serta sistematika penalarannya. Sementara itu aspek
kebahasaan meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan dan tanda baca.
4. Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal
melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format baku yang
akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan
spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penyediaan
gambar atau ilustrasi. Hal itu dimaksudkan agar tulisan itu menarik dan lebih
mudah dipahami.
5. Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian
pertama, berarti menyampaikan karangan kepada public dalam bentuk cetakan,
sedangkan pengertian yang kedua disampaikan dalam bentuk noncetakan.
Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan,
peragaan, dan sebagainya.
d. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang
bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis
merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan
kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1. Jenis-jenis
keterampilan berbahasa :
-
Ketermpilan menyimak
-
Ketermpilan berbicara
-
Keterampilan membaca
-
Keterampilan menulis
2. Menyimak adalah keterampilan
memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif.
3. ada tiga jenis situasi berbicara,
yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif.
4. Membaca adalah keterampilan reseptif
bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri.
5. Menulis adalah keterampilan
produktif dengan menggunakan tulisan.
3.2.
Saran
1. Mahasiswa
diharapkan mengetahui jenis-jenis keterampilan berbahasa.
2. Mahasiswa
diharapkan mengetahui jenis-jenis situasi dalam keterampilan berbicara.
3. Mahasiswa
diharapkan mengetahui pengertian dari keterampilan membaca.
4. Mahasiswa
diharapkan mengetahui pengertian dari keterampilan membaca.
5. Mahasiswa
diharapkan mengetahui pengertian dari keterampilan menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Keterampilan berbahasa. (online). (http://slideshare.co.id).
Diakses tanggal 12 april 2012.
Anonym. 2009. Keterampilan berbahasa. (online). (http://shoovang.com).
Diakses tanggal 12 april 2012.
Gofur, Abd. 2009. Modul Diklat Guru Bahasa Indonesia. Medan : Balai Diklat Keagamaan
Medan.
DAFTAR
ISI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar